Atalia Praratya Ridwan Kamil: “Perdamaian
Bangsa Berawal Dari Keluarga”
Bandung//netsembilan.com: Perkembangan teknologi yang begitu
pesat seperti saat ini, memberi kemudahan penggunanya untuk mendapatkan
sekaligus menyebarkan informasi dalam waktu sekejap melalui jaringan internet.
Namun, jika tidak dibekali pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media
internet, hal tersebut malah bisa menjadi ancaman bagi persatuan bangsa, salah
satunya melalui hoaks atau berita bohong.
Hal itu
diungkapkan Pendiri Jabar Bergerak, Atalia Praratya saat menyampaikan materi
dalam acara Telekonferensi Digital bertajuk Ketahanan Keluarga di Era Digital
yang diselenggarakan oleh Duta Damai Jawa Barat BNPT RI, Senin (21/9/2020) di
Desa Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Menurut
Atalia, di samping beragam manfaat yang dirasakan, kehadiran internet khususnya
media sosial kerap kali digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
untuk menyebarkan isu-isu yang memicu kegaduhan di kalangan masyarakat,
khususnya menyasar anak muda.
"Terkait
dunia digital atau dunia maya, internet, media sosial itu banyak isu yang
bermunculan yang dipicu oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak
paham," jelas istri dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Lebih lanjut
Atalia menjelaskan, hoaks pun semakin berseliweran di media sosial tatkala
hadirnya pandemi Covid-19. Banyak informasi tentang Covid-19 yang dikonsumsi masyarakat tanpa diketahui
sumbernya.
"Bahkan
isu hoaks terkait covid-19 contohnya seperti balita, anak-anak dan remaja tidak
akan terkena Covid-19 jadi boleh main seperti biasa padahal bisa terjadi juga
semua usia. Informasi ini disampaikan membuat keresahan," ujar wanita yang
kerap kali disapa Ibu Cinta.
Sehingga
menurutnya, peran keluarga atau dalam hal ini orang tua mesti menjadi garda
terdepan untuk melindungi anak-anaknya atau generasi muda dalam membentengi
keluarganya dari beragam berita hoaks, salah satunya dibekali dengan literasi
digital agar penggunaan media sosial tidak dijadikan sarana untuk berita hoaks
yang memicu emosi, sehingga terjadi
perpecahan.
"Orang
tua harus menjadi penguat keluarga, yaitu dengan mengingatkan kepada anggota
keluarga supaya tahan banting, banyak membaca, banyak mendengarkan agar tidak
mudah tersulut emosi. Jadi harus menjaga stabilitas emosi itu menjadi
penting," tambahnya.
Pengunaan
teknologi dengan baik, lanjut Atalia, serta pantauan orang tua terhadap anaknya
menjadi hal penting guna mengontrol penggunaan internet di era digital.
Sehingga dengan bekal tersebut, media sosial sebagai salah satu alat untuk perpecahan
pun dapat diminilisir.
"Harus
dipantau apa yang anak-anak kita lakukan, terutama perlu mendampingi supaya
tidak lepas kontrol di dunia maya itu sendiri sehingga masih bisa dijalan yang
tepat. Penting sekali untuk kita terkait pentingnya damai di dunia maya dan
nyata, sebab dunia maya bisa menyebar ke dunia nyata. Banyak kasus yang
nampaknya mempengaruhi kehidupan masyarakat," tukasnya.
Atalia pun
mengapreasi gelaran acara Kampanye dan Deklarasi Desa Damai (Guyub, Rukun,
Sauyunan) agar pentingnya teknologi dan menjaga diri dari informasi yang tidak
benar pun dapat tersampaikan kepada masyarakat hingga ke pelosok negeri, salah
satunya Desa Margamukti.
"Saya
apresiasi mudah-mudahan banyak lagi masyakarat terkait pentingnya teknologi dan
menjaga diri dari informasi yang tidak benar, setiap insan bisa jadi duta damai
dimana pun berada," tutup Atalia.
Telekonferensi
Digital ini merupakan serangkaian acara Kampanye dan Deklarasi Desa Damai
(Guyub, Rukun, Sauyunan) dengan tema “Dari Desa Untuk Indonesia, Damai Desaku
Damai Bangsaku” dalam rangka
memperingati Hari Perdamaian Internasional.
Dalam acara
tersebut turut hadir pemateri lainnya, yaitu Kasubdit Kontra Propaganda BNPT
RI, Kolonel Pas Sujatmiko yang dihadiri oleh Kepala Desa Margamukti, Ibu PKK,
Perwakilan BPD, Perwakilan LPMD, Perwakilan MUI, Perwakilan Forum RW, Karang
Taruna dan masyarakat Desa Margamukti, Pangalengan Kabupaten Bandung. (RM)