Iklan

Iklan

BRIN, Riset Pengembangan Teknologi Tepat Guna Mekanisasi Peralatan untuk Mendukung Budidaya Pertanian Pangan Indonesia

klikindonesia
8 Mei 2024, 10:42 WIB Last Updated 2024-05-08T03:42:22Z



Laporan : Jayalangit

Subang-Humas BRIN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang terkena dampak perubahan iklim secara langsung. Iklim yang berubah menyebabkan pola tanam menjadi sulit untuk diprediksi. Pada beberapa musim terjadi kekeringan yang berkepanjangan sehingga daerah pertanian akan kekurangan air yang dapat menyebabkan gagal panen. Musim penghujan yang berlangsung cukup lama akibatnya terjadi banjir di daerah pertanian, dapat juga mengakibatkan gagal panen, selain itu hama tanamanpun bisa menjadi lebih resisten akibat penggunaan pestisida.


Achmat Sarifudin (Kepala Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG))- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan, untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan permasalahan di bidang pertanian terhadap produktivitas pertanian serta ketahanan pangan diperlukan berbagai macam terobosan, salah satunya melalui pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) pra-panen yaitu teknologi mekanisasi peralatan yang dapat digunakan untuk mendukung budidaya komoditas pertanian, sambut Achmat pada saat Forum Group Discussion (FGD) yang diselengarakan oleh Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP)-BRIN, Kawasan Sains Subang, Selasa (7/5).


Achmat katakan “Selain itu berbagai macam isu dan permasalahan pangan dan pertanian terjadi di Indonesia diantaranya kebutuhan pangan yang terus meningkat karena peningkatan jumlah penduduk, pemanfaatan lahan baku sawah yang belum optimal sehingga indek pertanaman di Indonesia masih rendah (140%/tahun), lahan rawa pasang surut masih banyak yang belum dimanfaatkan, Negara penghasil pangan (exportir pangan beras) semakin membatasi expornya, pergeseran tenaga kerja khususnya milenial dari sektor pertanian ke sektor lain yang berdampak kepada kekurangan tenaga kerja untuk memproduksi pangan, tuntutan mutu produk pertanian yang semakin meningkat, persaingan harga pangan di pasar Nasional maupun global, kata Acmat. 


Diakhir sambutannya, Achmat menyampaikan “Kehadiran TTG pra-panen akan menghasilkan efisiensi serta efektifitas yang cukup berpengaruh pada hasil panen dan juga dapat mengatasi permasalahan perubahan iklim, mendukung konsep ekonomi hijau dan meningkatkan ketahanan pangan. Seiring kemajuan zaman yang ditandai dengan adanya revolusi industri 4.0 menjadi tantangan yang besar bagi perkembangan teknologi di Indonesia, dengan  kemudahan yang ditawarkan oleh konsep Internet of Things dan penerapannya memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk mengatasi permasalahan di bidang budidaya”, ungkap Achmat.


Kepala ORPP-BRIN, Puji Lestari hadir dalam kesempatan ini memberikan sambutan sekaligus membuka “FGD TTG Untuk Mendukung Program Swasembada Pangan Indonesia”. Ia menyampaikan ajakan kepada pihak-pihak terkait khususnya kepada Kementarian Pertanian untuk duduk bersama membantu mencari solusi yang diperlukan dengan berbagai macam terobosan yang salah satunya melalui pengembangan dan pemanfaatan TTG yang mampu menjawab kebutuhan dan permasalahan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan. 

“TTG harus dapat dioperasionalkan dan dipelihara secara mandiri oleh masyarakat serta memberikan nilai tambah baik dari sisi ekonomi dan lingkungan. Untuk itu TTG dirasa merupakan salah satu teknologi yang tepat untuk menjawab tantangan perubahan iklim khususnya bagi pelaku usaha pertanian mikro-kecil serta UMKM lainnya dalam pengolahan hasil pertanian dan pangan. TTG diharapkan juga mampu berperan dalam upaya meningkatkan kapasitas teknologi dalam bidang pertanian” sambut Puji.


Puji menjelaskan, budidaya dalam cakupan teknologi mekanisasi peralatan TTG untuk dukungan produksi pertanian dibagi menjadi budidaya outdoor dan indoor. Kegiatan budidaya outdoor meliputi; tillage (pengolahan tanah), seeding (pembenihan), fertilizing (pemupukan), weeding (penyiangan) dan harvesting (pemanenan). Budidaya indoor meliputi, greenhouse, aquaculture dan poultry (peternakan). Budidaya indoor dapat menjadi terobosan sistem budidaya yang tahan terhadap perubahan iklim. Selain itu teknik budidaya indoor dengan sistem control otomatis dan penggunaan IOT bisa meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air, pupuk serta mengurangi penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan.


TTG juga dapat digunakan dalam kegiatan budidaya outdoor yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, sehingga kegiatan budidaya ini sangat terdampak oleh fenomena perubahan iklim saat ini. TTG  yang mendukung budidaya outdoor misalkan penggunaan TTG untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan air seperti teknologi drip irrigation (sistem irigasi tetes) yang dikembangkan dengan sistem kontrol dan otomatisasi. TTG juga dapat berupa teknologi yang dapat mengurangi penyebab fenomena perubahan iklim, seperti teknologi yang ramah lingkungan, teknologi yang menurunkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, TTG pra-panen ini juga diharapkan dapat mendukung konsep green economy, dimana teknologi yang diusung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan disekitarnya. Dengan pengembangan TTG pra-panen yang mendukung konsep green economy tersebut, diharapkan juga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan, jelas Puji. 


Selanjutnya Puji sampaikan, tujuan diselenggarakannya FGD ini adalah; 1. Mendapatkan gambaran perkembangan riset TTG mekanisasi peralatan untuk mendukung budidaya pertanian pangan, 2. Mendapatkan gambaran arah kebijakan riset BRIN dalam mendukung program swasembada pangan Nasional, 3. Mendapatkan rekomendasi arah riset pengembangan TTG mekanisasi peralatan untuk mendukung budidaya pertanian pangan khususnya dalam mendukung program swasembada pangan Nasional, dan 4. Meningkatkan kolaborasi dan sinergi antara BRIN dan Kementrian Pertanian serta instansi terkait lainnya khususnya dalam pelaksanaan riset, inovasi dan implementasi TTG mekanisasi pertanian untuk mendukung budidaya pertanian dalam mendukung program swasembada pangan Nasional.

“Sebagi penutup Puji menyampaikan harapannya, FGD ini agar dapat berjalan lancar dengan baik, dengan rumusan FGD yang akan ditindak lanjuti untuk sinergi program konkret antara BRIN dengan Kementan dalam  mekanisasi pertanian, dan semua peserta FGD bersama-sama dalam diskusi interaktif terkait isu-isu terkini pada topik; 1. Program Teknologi Mekanisasi Pertanian di Kementrian Pertanian untuk mendukung swasembada pangan nasional yang disampaikan narsum pertama oleh Dr. Sam Herodian (Staf Khusus Menteri Pertanian, Bidang Kebijakan Pertanian dan Pengajar di Universitas IPB , 2. Program Standar Instrumentasi Mekanisasi Pertanian untuk mendukung swasembada pangan Nasional yang disampaikan narsum kedua oleh Dr. Agung Prabowo (Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSIMP), Kementrian Pertanian), 3. Program riset BRIN untuk mendukung program nasional swasembada pangan pokok yang disampaikan narsum ketiga oleh Dr. Yudhistira Nugraha (Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan-BRIN) , dan 4. Perkembangan Riset TTG Mekanisasi Peralatan Pendukung Budidaya Tanaman Pangan Khususnya Padi Sebelum dan Sesudah Integrasi BRIN yang disampaikan narsum keempat oleh Dr. Astu Unadi (Periset PRTTG-BRIN dan Tenaga Ahli Menteri Pertanian 2024)”, tutup Puji.


Dalam kesempatan ini masing-masing narsum menyampaikan presentasinya sesuai topik yang telah ditentukan, dari penyampaian materi nampak sangat menarik perhatian para periset/ peserta FGD dan sangat antusias, selanjutnya berdiskusi secara interaktif. Selain penjelasan materi topik, penajaman materi dan statement disampaikan para narsum, diantaranya;


Bapak Dr. Sam Herodian menambahkan dari penjelasan presentasinya sekaligus memberikan contoh riset mekanisasi di Kementan dengan pemutaran vidio kendaraan prototype pertama “e-BHAR”, yaitu peralatan mekanisasi untuk mendukung panen sawit yaitu mengurangi resiko panen dan meningkatkan efisiensi panen, ini merupakan implementasi riset pada program mekanisasi. Kendaraan tersebut sudah uji coba pengoperasian di lapangan dan akan terus dikembangkan risetnya, hal tersebut ia sampaikan agar para periset di lingkungan BRIN berkarya bukan hanya dapat membuat paper namun risetnya harus dapat dimplementasikan, jelas Sam.


Sementara Bapak Agung menyampaikan informasi tambahan, yaitu penajaman dari pemberian presentasi FGD TTG yang ia sampaikan adalah untuk memberikan pemahaman lebih dalam terkait beberapa hal, yaitu: (1) peran standarisasi dan riset adalah sama-sama penting dalam pengembangan teknologi dan inovasi untuk mendukung produksi pangan nasional, (2) dalam merumuskan, menetapkan, menerapkan suatu standar (RSNI) membutuhkan teknologi dan inovasi yang harus dilakukan oleh institusi penghasil standar tersebut agar lebih memahami apa yang akan distandarisasikan, (3) persyaratan mutu alsintan sangat menentukan dalam mencapai target peningkatan efisiensi, produksi, dan penghematan losses untuk mendukung produksi pangan Nasional. Harapannya adalah hasil TTG dapat mendukung peningkatan produksi pangan Nasional dalam memberikan jaminan persyaratan mutu dan implementasinya dan mengacu pada konsep "mekanisasi selektif. “Kita berjuang bersama-sama sesuai tracknya untuk mewujudkan Indonesia sebagi lumbung pangan dunia” terang Agung. (sp.da/da)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • BRIN, Riset Pengembangan Teknologi Tepat Guna Mekanisasi Peralatan untuk Mendukung Budidaya Pertanian Pangan Indonesia

Terkini

Iklan